Home Page
cover of Keluarga Dinasti yang Sesungguhnya... Part 1
Keluarga Dinasti yang Sesungguhnya... Part 1

Keluarga Dinasti yang Sesungguhnya... Part 1

Shyson Diamond

0 followers

00:00-19:12

Podcast Rivaldyalfi

Podcastmusicspeechspeech synthesizerambient musicscary music

Audio hosting, extended storage and much more

AI Mastering

Transcription

The Rothschild family, known for their influence in the world of finance, overcame discrimination and unfavorable rules to build their wealth. Meyer Amschel Rothschild started in the textile business but later ventured into trading and stockbroking. His son Nathan Rothschild achieved great success in London by investing in the textile industry and engaging in smuggling. Nathan expanded the family's business by establishing banks in Vienna, Naples, Paris, and London. Despite Europe being plagued by war and economic crises, the Rothschild banks thrived due to their sophisticated financial system. Nathan took advantage of an opportunity to provide coins to the French government and made a significant profit. The family's success was built on their unity and commitment to prioritize family interests. Keluarga Rothschild merupakan salah satu keluarga terkenal dan berpengaruh terhadap sejarah keuangan dunia. Mereka telah memberikan banyak kontribusi besar bukan hanya terhadap perkembangan sistem keuangan internasional, tetapi juga dalam perang dan politik. Keluarga ini telah merintis kejayaannya di Frankfurt, Jerman pada abad ke-18 di tengah situasi diskriminasi yang kental dan aturan yang kurang berpihak pada mereka. Selanjaran mereka adalah keturunan keluarga Yahudi. Namun siapa yang akan menyangka bahwa keluarga Rothschild yang dulu hidupnya terbatas kini menjadi keluarga berpengaruh yang namanya dikenal luas dan tercatat dalam sejarah dunia. Bibit kesuksesan keluarga Rothschild ini sudah dimulai di Frankfurt, Jerman pada tahun 1769 ketika Meyer Amschel Rothschild yang lahir di wilayah Ghetto atau sebuah wilayah yang berarti Lorong Yahudi. Memulai bisnisnya di tengah keterbatasan dan aturan ketat yang sangat diskriminatif terhadap kaum Yahudi. Pada masa itu orang-orang Yahudi seperti keluarga Rothschild tidak boleh memiliki tanah atau mengelola bisnis pertanian. Jadi akhirnya Meyer sempat mengikuti jejak ayah dan kakeknya yaitu menjadi perdagang tekstil. Sayang sekali Ghetto bukanlah tempat yang tepat untuk mengembangkan bisnis tekstil tersebut karena mayoritas masyarakat Ghetto adalah perdagang tekstil dan perabot rumah tangga. Tampaknya memang bisnis-bisnis itulah yang bisa mereka geluti karena pemerintah Jerman yang berkuasa saat itu melarang para keturunan Yahudi untuk berbisnis hal-hal lain yang lebih mewah. Bahkan jika itu hanya bisnis kain sutra atau buah-buahan segar. Meyer yang tidak puas dengan bisnis tekstilnya akhirnya mencari selah dan menemukan lahas bisnis lain yang membuatnya sangat bersemangat. Karena Meyer yakin bisnisnya kali ini akan memberikan keuntungan yang sangat besar. Selain melakukan bisnis jual beli barang antik, Meyer juga mendalamikan bisnis jual beli koin emas yang di dunia modern saat ini disebut sebagai trading. Sebagai pendagang yang cerdas, Meyer kemudian mengembangkan strategi bisnis yang saat ini dikenal sebagai strategi front running yaitu perdagangan saham atau aset keuangan. Dimana seseorang sudah mengetahui informasi penting yang perlu masuk ke ranah publik dan melakukan pembelian aset sehingga akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dengan memanipulasi para jualnya. Meyer akhirnya mengguluti didang ini dengan berpindah sebagai orang yang melakukan transaksi jual beli atas perintah klien atau investornya atau jika di dunia modern, Meyer akan dikenal sebagai pialang saham alias broker. Saat itu, klien utama Meyer adalah pameran William dari Hedge Castle yang selalu ingin membeli koin emas. Cara kerja Meyer, dia akan menggunakan uang pinjaman untuk membeli barang yang diinginkan lalu menjualnya ke pameran William dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga Meyer membelinya. Dengan cara berbisnis seperti inilah, akhirnya di tahun 1782, Meyer mengumpulkan kekayaan yang jumlahnya sangat besar dan dia segera menjabat posisi sebagai manajer investasi untuk harta milik pameran William. Bagi orang-orang, Meyer mungkin sudah mencapai puncak ideanya, tapi tidak bagi Meyer yang menganggap ini adalah sebagai permulaan. Dia ingin menciptakan pijakan yang kuat di dunia keuangan dan akhirnya mengembangkan kekayaannya dengan membentuk sebuah bank. Ini dilakukan Meyer untuk mendapatkan pengakuan, penerimaan, dan kekayaan dari masyarakat serta tentu saja untuk menambah bunti-bunti kekayaan. Cara ini terbukti menjadi cara paling berlian yang ditentuk Meyer, karena akhirnya di akhir tahun 1700an, Meyer telah menjadi orang terkaya di Frankfurt. Hanya saja, kekayaan itu baginya belum cukup untuk dia dan keluarga yang mendapat pijakan yang kuat agar mampu membentuk dinasti keluarga yang akan bertahan dalam ujian waktu, bahkan melampaui sebuah bangsa dan kerajaan yang ada. Dari sini bisa dipahami bahwa tujuan Meyer sebenarnya bukan uang dan harta kekayaan, tetapi sebuah pencapaian yang lebih besar dan kemenangan melawan zaman. Untuk mencapai semua itu, Meyer perlu berpikir dan bertindak lebih besar dan luas dalam menjalankan takdir bisnisnya. Jadi, kemudian Meyer melakukan ekspansi bisnis dengan mengirimkan empat dari lima putranya untuk membangun cabang-cabang bank di negara lain yang ada di Eropa, yaitu di Vienna, Napoli, Paris, dan London. Jadi, kini seluruh bank yang dibangun Meyer dikelola oleh putra-putranya sendiri, yaitu Amskel von Rothschild. Putra pertamanya mengelola cabang pusat di Frankfurt, Salomon von Rothschild mengelola cabang di Vienna, Nathan Rothschild mengelola cabang di London, Karl von Rothschild mengelola cabang di Napoli, dan James von Rothschild, si bungsu yang mengelola cabang di Paris. Di awal tahun 1800-an, Inggris sedang menjadi negara agenda yang global dengan pengaruh kerajaan yang luas. Mereka tidak tertandingi, apalagi di laut, karena adanya angkatan laut kerajaan yang ditugaskan. Bertepatan dengan hal itu, revolusi industri pun telah terjadi dan mempengaruhi ekonomi dunia, karena Inggris telah menjadi pusat industri dan manufaktur sektor keuangan yang berpusat di London semakin kuat dan menjadi pusat keuangan global. Saat itulah, Nathan Rothschild yang dikirim ke London oleh ayahnya, mengambil peluang dan berdegat untuk memperlihatkan pada ayahnya bahwa dia bisa mengembangkan bisnis keluarganya menjadi lebih besar. Di antara saudara-saudaranya, Nathan memang terbilang lebih ambisius dan kompetitif, tapi dia juga sangat temperamain hingga mudah tersinggung dan cepat menyerah dalam urusan bisnisnya. Sebenarnya, tidak akan ada yang menyangka bahwa Nathan akan menjadi sosok paling berhasil di antara saudara-saudaranya. Saat itu, dia dikirim ke London dengan membawa uang sebanyak 20.000 pounderling atau saat ini setara dengan 1.380.000 pounderling yang jika dirupiahkan akan menjadi nominal 27.090.339.931 rupiah sebagai uang investasi dari ayahnya. Nathan segera mengembangkan uangnya menjadi berkali-kali lipat lewat bisnis di industri tekstil yang saat itu memang sedang bertumbuh di London. Lewat industri tekstil inilah Nathan menciptakan tiga sumber keuntungan yaitu dari bahan mentah, warna tekstil, dan produksi. Jadi, Nathan menyediakan bahan-bahan mentah dan pewarna ke pabrik-pabrik tekstil lalu Nathan akan membeli barang-barang hasil produksi di publik dengan harga yang jauh lebih murah dan dia akan menjualnya dengan harga yang lebih murah dari siapapun. Peluang yang diambilnya ini membuat Nathan mampu melipat gandakan uang investasi dari ayahnya yang sebesar 20.000 pounderling menjadi 60.000 pounderling atau saat ini karena inflasi menjadi setara dengan 4.142.431 pounderling. Pounderling yang lagi langi jika dirupiahkan akan mencapai nominal yang sangat fantastis yaitu sekitar 81 miliar hanya dalam waktu beberapa bulan sada. Selain bisnis tersebut, Nathan juga mulai melakukan bisnis gelap lain berupa penyelundupan barang tekstil dan logam mulia yang sangat menguntungkannya. Hingga di tahun 1808 Nathan dikenal dengan reputasinya sebagai orang yang sangat rampil dan umbul dalam berbisnis. Dalam beberapa tahun saja setelah Nathan memulai bisnisnya di London, Nathan berhasil mendapatkan pertumbuhan penjualan yang sangat mengesankan sebesar 800.000 pounderling atau saat ini setara dengan 58.252.946 pounderling. Pounderling yang jika dirupiahkan akan mencapai sekitar 1.143 triliun rupiah. Dengan modal sebesar itu di tangannya, Nathan baru akan membuka bank Rothschild dengan pekat bahwa dia akan membangun yang lebih besar daripada bank ayahnya yang ada di Farnsworth. Nathan sangat ingin membuat ayahnya bangga dan memperlihatkan kesuksesannya pada sang ayah. Tapi sayang sekali sebelum Nathan mencapai puncak kesuksesannya, di tahun 1812 kesehatan Myer menurun dengan cepat dan dia tidak pernah punya kesempatan melihat pencapaian-pencapaian yang telah akan diraih oleh Nathan. Myer meninggal setelah menyampaikan wasiat kepada anak-anaknya agar selalu menempatkan keluarga sebagai yang pertama dan utama dalam kepentingan serta prioritas mereka agar Rothschild tetap sejahtera. Wasiat inilah yang nampaknya menjadi alasan mengapa dinasti Rothschild berumur panjang kesuksesannya, ikatan keluarga mereka dan bidakan yang dibuat bersama-sama menjadi sangat kuat untuk membantu mereka meraih kesuksesan dalam berbisnis. Kini anak-anak Myer tetap meneruskan bisnis ayahnya dan mengembangkan bank yang dibangun di berbagai kota. Tapi saat itu Eropa memasuki era peperangan yang akan berlangsung lebih dari satu abad lamanya. Banyak negara-negara Eropa mulai mengalami krisis ekonomi selama perang berlangsung, tapi berkat sistem keuangan yang canggih yang dimiliki Inggris, negara adidaya ini mampu melancarkan enam perang dalam satu abad tanpa menghadapi keruntuhan ekonomi sama sekali. Tetapi dia menyadari bahwa dia butuh koin Perancis untuk biaya pengeluaran seperti untuk membeli perbetalan dan membayar pasukan. Nathan melihat ini sangat kesempatan besar yang hanya akan muncul sekali dalam hidupnya. Jadi dia pun berupaya untuk memenuhi permintaan koin Perancis yang diputuhkan kerajaan dan pasukan yang dipimpin oleh Duke of Wellington. Ketika Nathan tinggal di London, dia tahu bahwa East Indian Company mempunyai emas senilai 800 ribu pounderling atau saat ini karena inflasi nilainya setara dengan 52.509.697 pounderling, yang jika dirupiakan akan mencapai angka sekitar satu triliun tiga bilyar delapan ratus juta rupiah untuk dijual. Jadi Nathan membelinya setelah tawar menawar dan mendapat harga murah dan Nathan pun dengan pemikiran bahwa Duke of Wellington akan membutuhkannya berniat akan menjual emas tersebut dengan harga yang jauh lebih tinggi. Ketika dia kembali ke London dengan membawa semua emas itu bersamanya, Nathan segera mendapat surat dari kerajaan yang menyatakan akan membeli emas tersebut dan meminta bantuan Nathan untuk mengirimkannya ke Perancis. Bisnisnya pun berjalan mulus sesuai perkiraan Nathan dan dia untung besar dari kesepakatan ini. Ketika perang semakin memanas di seluruh penjuru Eropa, tampaknya masyarakat Eropa membutuhkan pasar faluta asing dan disinilah keluarga Rothschild mendapatkan nadang bisnisnya yang paling menguntungkan. Mereka menawarkan keunggulan kompetitif yang unik dengan sistem perbankan modern yang membuat mereka bisa mengenakan biaya tinggi, bahkan hingga 8% untuk menyediakan layanan penukaran mata uang. Ini hanya sebagian kecil dari sumber pendapatan keluarga Rothschild selama perang Eropa berlangsung. Mereka justru lebih banyak mengambil keuntungan dari hasil menjual informasi terkini dan tertepat mengenai perkembangan trader forex yang saat itu baru muncul di Eropa. Jika ada yang belum memahami soal trading forex, ini adalah transaksi jual beli mata uang. Jadi, para trading akan menukarkan mata uang negara sendiri dengan mata uang negara asing yang diperkirakan milenya akan naik. Rothschild menjual informasi semacam itu memberi perkiraan yang cukup akurat mengenai mata uang mana yang akan melambung naik. Keuntungan yang diterima mereka sangatlah besar. London House bahkan terus memberikan aliran keuntungan kepada perusahaan Nathan yang membuat Nathan Rothschild segera menjadi orang terkaya di dunia saat itu. Sayangnya, ketika mencapai puncak kejayaannya di tanggal 28 Juli 1836, Nathan meninggal dunia pada usianya yang ke-58 tahun. Ini mengagetkan banyak orang karena Nathan meninggal secara tiba-tiba dan di usianya yang terbilang masih cukup muda. Padahal, keluarga Rothschild kebanyakan memiliki angka harapan hidup yang panjang. Bahkan ibu Nathan sendiri saat itu masih hidup meski usianya sudah mencapai lebih dari 90 tahun. Kematiannya pun disorot oleh media Eropa dan namanya kemudian dikenang sebagai salah satu orang yang paling berpengaruh dalam dunia perekonomian Eropa. Bahkan perekonomian dunia. Beberapa orang mengklaim bahwa tidak ada orang yang mampu menyainginya melakukan operasi-operasi pendagangan atau bisnis serupa hingga saat ini. Namun, bagaimanapun keluarga Rothschild bisa tetap makmur tanpa Nathan berkat sistem bank yang mereka ciptakan. Bahkan, bambang mereka terus berkembang. James Rothschild, sang adik, mengambil alih posisi pemimpin dalam dinasti keluarga setelah kepergian Nathan. Seperti kakaknya, James juga memiliki karakter yang kuat dan keuletan dalam menghadapi tekanan bisnis yang kompleks. Sebagai panglima tertinggi di Paris, James harus menghadapi tantangan yang serupa dengan yang dihadapi Nathan. Bahkan, mungkin lebih besar lagi mengenai kosongan yang ditinggalkan oleh sosok yang begitu berpengaruh. Itulah tadi cerita keluarga Rothschild, keluarga dinasti yang sesungguhnya. Di episode selanjutnya, kita akan menyaksikan bagaimana James Rothschild menangani tanggung jawab barunya. Bagaimana dia memimpin dinasti keluarga melalui masa-masa sulit. Dan bagaimana dia memperkuat warisan yang telah dibangun oleh ayah dan kakaknya. Diharapkan cerita selanjutnya akan memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang dinamika internal keluarga Rothschild. Dan bagaimana mereka harus menjadi kekuatan utama dalam dunia keuangan global.

Listen Next

Other Creators