Details
Nothing to say, yet
Big christmas sale
Premium Access 35% OFF
Details
Nothing to say, yet
Comment
Nothing to say, yet
The speaker discusses the low reading interest of students and suggests ways to improve it. They mention that low reading interest is not only among students but also among teachers, lecturers, and students in general. The speaker attributes this low interest to several factors, including lack of practice and habit of reading, lack of exposure to interesting reading materials, and lack of belief that reading is an important command from God. The speaker emphasizes the need for teachers to set an example by reading themselves and encouraging students to read. They also mention the importance of creating a reading culture and providing opportunities for students to read, make reading reports, and communicate their findings. The speaker shares their experience as a teacher, where they provided mandatory reading materials and encouraged students to read, make reports, and communicate their findings. They suggest identifying students' learning styles and planning appropriate actions to impr Bagaimana menyikapi minat baca peserta didik yang masih rendah menurut Bapak? Harus diakui ya, bahwa minat baca bangsa kita ini rendah, bukan hanya peserta didik. Ini bukan hanya peserta didik, guru, dosen, mahasiswa, siswa itu minat bacanya rendah, harus diakui itu. Dan itu merupakan salah satu indikator yang berkali-kali disampaikan terkait dengan literasi bangsa kita yang sangat rendah. Bahkan ada indikasi satu buku itu hanya dibaca oleh beberapa persen. Bahkan kemudian kategori literasi kita juga dibandingkan negara-negara lain itu berada di posisi yang paling bawah. Penyebabnya banyak. Yang pertama kalau saya pandang dari sisi Islam itu mereka tidak pernah mengamalkan surat ala-ala yang Allah katakan ikro bismirob dikeladiholak. Kalau memang itu dibaca insya Allah itu jadi ibadah. Nah khusus bagi para peserta didik muslim harusnya itu meyakini bahwa membaca, meningkatkan minat baca itu adalah perintah Allah. Jika itu dilaksanakan maka sudah barang bentuk mereka akan tinggi nanti minat bacanya. Penyebabnya itu menurut saya yang pertama. Usaha yang harus dilakukan bagaimana? Yakini bahwa itu adalah merupakan ibadah. Membaca itu adalah ibadah. Yang kedua karena kebiasaan ya penyebabnya. Kebiasaan mereka tidak senang membaca buku itu kebiasaan. Mereka kebanyakan tidak senang membaca buku-buku terlebih sekarang dengan adanya teknologi. Dengan ada teknologi. Anak-anak sekarang itu senangnya melihatnya itu adalah apa? Bacaan-bacaan yang singkat, bacaan-bacaan yang pendek. Jadi penyebabnya adalah terkait juga dengan masalah kebiasaan dan tingkat kesenangan mereka adalah membaca. Berbeda dengan di Jepang. Kalau saya pernah istilahnya studi di Jepang. Ya anak-anak di Jepang itu membaca itu merupakan sebuah kesenangan, sebuah hobi. Sebab bagi mereka itu sudah sangat memahami. Bahwa dengan membaca ya banyak aspek-aspek psikologis dan aspek-aspek psihisnya itu yang kemudian ya dialaki gitu. Kalau orang membaca itu kan setidak-tidaknya matanya. Baca indah mata digunakan, tangannya kadang-kadang dipakai ngirian buku gitu kan. Hal-hal yang pentingnya gitu kan. Kemudian juga ya faktor-faktor lain secara indahwi itu bisa dimanfaatkan. Yang ketiga kadang-kadang kalau faktor penyebabnya itu bisa juga ya disebabkan karena memang boleh jadi bacaan yang dipakai itu atau yang dibacanya mungkin kurang menarik gitu kan. Ketika bacaan yang dibacanya kurang menarik ya boleh jadi mereka baru saja membaca sudah tidak mau membaca lagi. Nah oleh karena itu banyaklah faktor yang lain yang menyebabkan minat baca peserta didik itu rendah. Nah perlu upaya tentunya. Perlu adanya upaya. Upaya-upaya yang dilakukan diantaranya adalah bagaimana agar minat baca ini. Yang pertama harus ada keteladanan dulu dari guru. Apa yang harus dilakukan oleh guru keteladanan diantaranya? Nah di awal pelajaran mestinya apa? Guru itu harus membiasakan diri membaca dan mengajak anak untuk membaca. Selama ini kan kadang-kadang apa? Ketika guru masuk ke dalam kelas kadang-kadang guru itu langsung menyajikan materi pelajaran sesuai dengan tujuannya sesuai dengan materinya tanpa kemudian membuat atau memberikan kesempatan kepada anak untuk membaca dan membuat laporan baca gitu. Harusnya kan dibiasakan dulu. Jadi yang pertama keteladanan dari guru. Guru memberikan contoh, guru memberikan keteladan bagaimana guru itu kemudian membaca. Ada guru yang kemudian rajin membaca, senang membaca. Kemana-mana dia yang ada dibawah itu adalah apa? Buku. Ya dia baca bukunya gitu. Kalau di HP itu kadang-kadang juga orang curiga yang dibacanya itu bukan buku. Tapi ada guru yang kemudian membawanya dulu. Keteladanan lah. Yang kedua adalah pembiasaan upayanya. Ya seperti tadi pembiasan ya. Pada permulaan pembelajaran anak diberi kesempatan silakan baca ini naskah 10 menit sampai 15 menit. Setelah itu silakan buat laporan baca. Jadi apa yang kalian dapatkan dari hasil bacaan. Seperti itu. Anak agak senang membaca nanti. Nah selama ini kan anak tidak banyak berkomunikasi melalui bahasa dan tulisan. Anak lebih banyak berkomunikasinya itu dengan cara mendengar. Sehingga seolah-olah indra untuk berkomunikasi itu tidak terlalu banyak dan tidak dioptimalkan. Banyaklah penyebabnya dan banyak upaya yang bisa dilakukan. Salah satunya menurut saya adalah itu. Pembiasaan. Keteladanan. Gitu aja. Lanjut ke pertanyaan yang kedua ya Pak. Apa solusinya menurut Bapak agar minat baca peserta didik meningkat? Ya udah tadi. Ya solusi itu diantaranya adalah upaya ya. Jadi lakukan upaya-upaya sebagai solusi alternatif. Caranya tadi upayanya. Pertama keteladanan guru. Jangan nyuruh anak untuk membaca. Sementara gurunya sendiri tidak rajin membaca. Yang kedua adakan pembiasaan. Tadi melalui pembiasaan di kelas 10-20 menit baca. Kemudian lanjutkan dengan laporan baca. Lanjutkan dengan komunikasikan. Kewajiban anak untuk mengkomunikasikan. Jadi banyak indra nanti yang dipakai. Dalam konteks kurikulum merdeka. Itu kan ada yang disebut dengan komunikatif. Communication. Jadi setelah anak itu membaca. Kemudian menuliskan laporan baca. Langsung diminta untuk mengkomunikasikan laporan baca. Jadi budak nanti bisa berbicara di depan teman-temannya. Yang saya dapatkan dari bacaan ini ada tentang blablabla seperti itu. Salah barangkali dengan adanya keteladanan, adanya pembiasaan. Atau kemudian ada ke budaya-budaya positif lain. Insyaallah bisa. Banyak lain cara yang lain. Menurut saya dua aja dulu lah seperti itu. Lagi pertanyaan berikutnya Pak. Adakah pengalaman yang pernah Bapak rasakan. Dalam menghadapi rendahnya minat baca peserta didik. Kalau pengalaman. Ya karena saya itu jadi guru itu kan hampir 35 tahun ya. Kalau saya dulu jadi guru 35 tahun. Sekarang jadi guru di Perguruan Dinggi ya sudah 4 tahun. Salah satunya saya teratkan tadi. Mahasiswa-mahasiswa saya sekarang. Saya berikan buku wajib. Kemudian mereka disuruh baca. Dan kemudian mereka disuruh membuat laporan baca. Setelah itu mereka mengkomunikasikannya di depan ini. Jadi cara-cara seperti itu. Salah satu upaya yang bisa diberikan contoh. Pengalaman dulu waktu jadi guru sama seperti itu saya. Waktu jadi guru ya saya juga sama. Berikan kesempatan anak baca. Kemudian anak didorong untuk membuat laporan baca. Dan kemudian mereka didorong untuk mengkomunikasikannya. Baik secara tulisan maupun secara tertulis. Baik Bapak lanjut ke pertanyaan berikutnya. Apa kira-kira langkah-langkah yang harus dilakukan. Untuk meningkatkan minat baca peserta didik. Langkah-langkah. Yang pertama identifikasi dulu ya. Jadi yang pertama itu guru harus melakukan identifikasi. Di peserta didik itu terkait dengan profil dan gaya belajar mereka. Kita tahu bahwa peserta didik itu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Ada yang gaya belajarnya audio. Ada yang gaya belajarnya adalah visual. Ada yang gaya belajarnya adalah kinesthetik. Nah kemudian diidentifikasi dulu lah diantara mereka. Ada gak sampai seberapa jauh mereka kemudian memiliki minat baca. Ada yang nanti dikategorikan. Ada yang minat bacanya rendah. Ada yang minat bacanya sedang. Ada yang minat bacanya tinggi. Kemudian yang kedua setelah mengidentifikasi buat perencanaan tindakan. Kira-kira tindakan apa yang tepat diberikan kepada anak yang kategorinya rendah. Kepada anak yang kategorinya middle. Kepada ada orang yang minat bacanya bagus gitu kan. Nah kemudian setelah membuat perencanaan lakukan tindakan. Baik tindakan individu maupun tindakan kelompok. Salah satunya tadi. Untuk kelompok di kelas. Dengan kebiasaan tadi membuat anak membaca dan laporan baca. Secara individu barangkali langkah selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan cara apa. Ya bimbingan gitu kan. Pendampingan. Yang tidak salah pentingnya adalah apa. Yaitu mengenai budaya. Penciptaan budaya minat baca. Salah satunya adalah apa. Bagaimana siswa menjadi senang keperpusakaan gitu. Kemudian selanjutnya bagaimana guru kemudian menciptakan pojok-pojok baca yang menyenangkan gitu. Itu bisa diusahakan langkah-langkah. Yang terakhir ya tentunya apa. Dievaluasi. Ketika nanti membuat tindakannya ada pojok baca. Bagaimana minat baca anak meningkat atau tidak. Kemudian dievaluasi hasilnya ketika ada kurang. Dimana kurangnya diperbaiki untuk selanjutnya. Seperti itu. Dan itu bisa dalam bentuk siklus nantinya. Jadi selalu ada identifikasi, perencanaan, kemudian perlaksanaan. Evaluasi dan tindak lanjut lagi seperti itu. Oke. Kepertanyaan selanjutnya bapak. So. Bagaimana untuk menyikapi motivasi belajar siswa yang rendah menurut bapak. Banyak cara sebetulnya. Untuk kemudian guru memberikan motivasi. Motivasi itu kan bentuknya bisa dalam bentuk material. Bisa juga dalam bentuk non material. Contohnya misalnya. Kalau anak yang belajarnya rendah. Kemudian hasil belajarnya rendah. Kan mereka dimotivasi dengan ya misalnya dorongan untuk kemudian. Supaya lebih baik misalnya diberikan contoh-contoh real gitu kan. Tapi untuk kemudian apa. Ya mendorongnya juga bisa dengan menggunakan pemberian penghargaan. Atau semacam reward lah. Bagi anak yang ini reward. Kemudian juga diberikan kesempatan. Ya untuk kemudian menjadi pendamping bagi anak-anak yang kemampuan ada di bawahnya gitu kan. Sehingga barangkali terjadilah yang namanya nanti tutor sebaya gitu. Jadi banyak cara sebetulnya untuk membuat anak mendorong anak yang hasil belajarnya. Minat belajarnya rendah. Supaya kemudian dia jadi berhasil. Ya bentuknya bisa penghargaan. Ya bisa merupakan layanan individu. Bisa juga merupakan layanan kelompok. Khusus untuk mata pelajaran Pancasila. Harus diakui. Bahwa pelajaran Pancasila dan keluarga negaraan ini sebetulnya bukan mata pelajaran yang baru. Ya. Anak-anak itu mengalami mata pelajaran Pancasila dan PPKN itu. Yang pertama adalah di periode SD. Dia 6 tahun itu. Ya ikut 6 tahun mengikuti itu. Kemudian di SMP 3 tahun, SMA 3 tahun. Di Pergulungan Tinggi itu hanya 1 tahun. Di mata kuliah Pancasila dan atau kuliah dengan keluarga negaraan. Nah bagaimana memotivasinya? Tentunya memotivasinya seperti tadi. Ya. Diakinkan, ditanamkan kepada mereka mengenai pentingnya pendidikan keluarga negara. Ada pokok bahasan khusus di dalam mata kuliah saya itu terkait dengan masalah urgensi dan eksensi pendidikan Pancasila. Ya. Jadi ditanamkan kepada mereka mengapa pendidikan Pancasila itu penting diajarkan. Ya. Tentunya ini kaitannya dengan apa? Dengan bekal ya sebagai warga negara. Karena untuk mata kuliah pendidikan keluarga negaraan. Untuk mata kuliah pendidikan Pancasila. Sebetulnya yang dipokuskan kan bukan hanya mereka mendapatkan nilai ABCD. Bukan mendapatkan nilai medan kentusan. Tapi yang paling penting apa? Bagaimana para siswa itu memiliki 3 kompetensi kewargaan. Yang pertama yang disebut dengan civic knowledge. Ya. Atau menurut Thomas Licona itu bagaimana agar peserta didik memiliki yang namanya adalah moral knowledge. Ya. Pengetahuan tentang moral. Itu. Ya. Kalau mereka untuk ditanamkan moral tentunya mereka harus banyak membaca. Dari berbagai sumber gitu kan. Harus banyak belajar gitu. Yang kedua yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui pendidikan Pancasila dan keluarga negara itu adalah mengenai apa? Mengenai moral action. Menurut Thomas Licona atau dalam bahasa warga negara itu disebutnya adalah mengenai civic skill. Ya. Mengenai keterampilan kewargaan yang nanti dibentuk atau diwujudkan dalam bentuk apa ya? Dalam bentuk kepartisipasi sebagai warga negara. Dan yang ketiga itu yang disebut dengan civic disposition. Atau bahasa Thomas Licona sebagai teori nilai itu disebutnya adalah moral sensing. Jadi mereka memiliki sikap, perilaku, cindakan yang bagus. Itu yang kemudian lebih penting didalam pendidikan Pancasila dan keluarga negara. Bagaimana kita mendorong mereka? Mendorong mereka ya minimal tadi untuk moral knowledge-nya. Mereka harus tahu nilai-nilai apa yang bagus gitu kan. Kemudian didorong mereka untuk mengamalkan nilai-nilai yang dia ketahuinya dalam bentuk moral action gitu kan. Sehingga mereka kemudian mampu berperilaku dan mampu memiliki sikap serta watak sebagai warga negara yang baik. Itu sebagai perwujudan dari moral sensing seperti itu. Nah mungkin ini pertanyaan yang terakhir Pak. Apa langkah-langkah yang harus dilakukan atau upaya untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik secara umum? Ya secara umum lah tadi ya. Tanamkan pentingnya mata pelajaran yang disajikan. Guru harus menyampaikan. Apa untungnya, apa manfaatnya siswa memiliki pengetahuan yang diajarkan oleh guru. Itu yang penting. Kalau siswa atau peserta didik merasa tidak perlu. Pasti anak-anak akan merasa itu tidak penting. Maka yang pertama itu guru harus pandai. Menanamkan motivasi bahwa pelajaran yang ibu ajarkan, yang bapak ajarkan ini penting bagi kalian saat ini dan di saat yang datang. Nah poin-poin pentingnya itu yang kemudian harus dipromosikan kepada siswa. Kemudian yang selanjutnya yaitu tadi. Bagaimanapun juga peserta didik sekarang itu adalah masa-masanya untuk dihargai. Jadi bahasa si tokoh motivasi itu mengatakan mengenai apa? Aktualisasi diri dan penghargaan atau pengakuan. Itu ada teori motivasi masloh, dinyamin masloh. Itu mengatakan bahasanya sekarang itu guru itu apa? Untuk memotivasi belajar, memotivasi minat. Agar siswa belajar bagus, agar ini. Yang satunya apa? Berikan kesempatan kepada anak untuk mengaktualisasikan dirinya. Selanjutnya adalah apa? Berikan pengakuan dan penghargaan kepada peserta didik. Untuk maju lebih bagus. Seperti itu. Bebas. Kurang lebihnya nanti diresinek lanjutnya lagi ya. Jika ada pernyataan-pernyataan yang perlu nanti diklarifikasi. Oke? Maaf enggak. Stop.