Home Page
cover of 1.PPT
1.PPT

1.PPT

annisa ekanurfitria

0 followers

00:00-31:57

Nothing to say, yet

Podcastspeechsilenceinsidesmall roomchild speech

Audio hosting, extended storage and much more

AI Mastering

Transcription

In Yogyakarta, a course on History and Policy Enhancement is introduced, focusing on the ancient civilization of Iran (formerly Persia) and its significance. Iran has played a crucial role in global dynamics, particularly in governance, science, and knowledge. Understanding Iranian history helps trace human civilization roots, appreciate Persian contributions to science and research, and recognize Iran as a bridge between East and West. Studying history enhances critical thinking skills, analyzing historical sources, distinguishing facts from emotional or ideological content, and evaluating digital information. Culture in Iran encompasses various aspects of life passed down through generations, shaping societal values and norms. Culture is interconnected and influences beliefs, art, morals, laws, and social structures. Edward Taylor's definition of culture emphasizes its complexity and interconnectedness, highlighting its impact on human societies. Learning history and culture is not a Selamat datang, teman-teman di Perkulian Pementar Sejarah dan Kebijakan di Yogyakarta. Jadi, dalam ulasan kedepan, kita akan membahas salah satu peradaban Cak yang terlahan untuk jahilnya sejak ribuan tahun lalu, yaitu Iran, atau yang dulu dikenal dengan nama Persia. Kenapa mata kuliah ini penting? Ya, urgensinya karena Iran bukan sekedar nama negara di tetap modern, Iran adalah salah satu pesat dari peradaban tertua dalam sejarah. Dari masa keisaran Assyrenik yang menguasai wilayah buah, hingga kontribusinya yang paling besar dalam kejayaan Islam. Iran memang merangkakan peran penting dalam perkembangan pemerintahan, kemudian ilmu, kemudian penemi, dan ilmu-ilmu lainnya. Jadi, mempelajari sejarah dan kebijakan di Iran bukan hanya peran-peran dari kita semua yang tertarik dengan kejayaan Islam atau kebarat, tapi juga penting untuk memahami bagaimana dinamika global saat ini terjadi. Apa yang terjadi ribuan tahun lalu tanah Persia mungkin masih terasa pengharusnya. Hingga hari ini, baik dalam pertanian politik, kemudian budaya, maupun cara berpikir kita. Jadi, kenapa kita harus mempelajari metafora ini? Sebelum kita masuk ke topik teknologi lanjut, terkait sejarah dan kebudayaan Iran, kita perhati dulu urgensinya. Yang pertama, untuk menelusuri akar peradaban manusia. Jadi, dengan mempelajari sejarah Iran, kita ini sedang menelusuri salah satu akar utama peradaban manusia. Di sini kita bisa melihat bagaimana sistem pemerintahan, perpusat, kemudian struktur-struktur ekonomi, diplomasi antarbangsa, mulai dari masa perkembangannya, Persia pada masa itu memberi kita gambaran awal tentang sebuah negara, bisa bagaimana dikelola. Kemudian, yang kedua adalah kontribusi Persia ke Iran, yang sangat besar dalam ilmu pengetahuan dan penelitian, terutama di masa itu. Jadi, Persia menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia. Dari mulai usaha, saat matematika, sekadar sekarang, dan banyak karya besar lainnya dari para indeksiawan Iran. Jadi, ketika kita bicara tentang ilmu dalam dunia Islam, kita tidak bisa melewatkan kontribusi bangsa ini. Kemudian, yang ketiga adalah Persia ke Iran, jadi titik temu timur dan barat. Jadi, secara geografis dan budaya, Iran adalah jembatan, kalau bisa kita bilang adalah jembatan antara timur dan barat. Nah, jalur sutra yang membelah wilayah ini, menjadikan Iran menjadi tempat negara yang strategis dalam perdagangan, kemudian pertukaran ilmu, dan nilai-nilai peradaban antara India, Tiongkok, kemudian Arab, dan Eropa. Yang keempat, alasan mengapa ini penting, pengajaran ini penting, pengetahuan ini penting, adalah Persia self-funded dunia Islam dan sekolah global. Jadi, kita tidak bisa memisahkan Iran dari sejarah dunia Islam. Dari arsitekologi, suku Islam, maupun dinamika politik, Iran selalu berada di garis depan. Bahkan, negara ini menjadi aktor penting dalam persaturan politik. Ya, baik teman-teman, maaf-maaf, sebelum kita membahas ini lanjut, jelajah tersebut dalam sejarah Iran, ada satu hal yang menasar yang harus kita pahamkan dulu. Apa sebenarnya itu yang dimaksud dengan sejarah? Jadi, kata sejarah yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia ini, sebenarnya berasal dari bahasa Arab, itu sejarah tim, sejarah tim, yang artinya pohon, jin, jinro dan apa-apa itu. Kalau kita pincirkan jinro, kenapa pohon? Kenapa ya? Kenapa sejarah itu berasal dari kata sejarah tim, yang artinya pohon? Kita harus bertanya-tanya. Karena pohon itu, seperti yang teman-teman terdengar dulu, punya akar, bagian belakang, bagaimana seperti dari keturunan atau usul manusia, pokoknya ada akar yang ada belakang, misalnya barusan ada belakang. Maka dalam makna awal, sejarah itu berkaitan dengan silsila atau usul, kemudian perjalanan suatu masyarakat, dari satu mata ke mata lainnya. Nah, dalam perkembangannya, sejarah ini tidak hanya diartikan sebagai usul mata lalu, tapi juga lebih dari itu. Sejarah adalah apa yang manusia mempunyai untuk mencari, kemudian memahami, dan menunjukkan persetujuan-persetujuan yang telah terjadi. Tapi yang perlu diingat, sejarah itu bukan hanya kumpulan panggel dan nama tokoh, jadi dia itu berbicara soal makna, kemudian proses perubahan, dan hubungan antara persetujuan satu dengan lain. Misalkan, salah satu tokoh penting dalam pemikiran Islam, yakni Ibn Khaldun, pernah mengatakan bahwasannya dalam khairnya yang bernama Khubibah. Dia berkata, sejarah adalah syaratan tentang masyarakat manusia, kemudian peradabannya dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Nah, dari sini kita bisa lihat bahwa ketika kita belajar sejarah, kita sebenarnya belajar tentang bagaimana masyarakat terbentuk, kemudian berubah dan berinteraksi dengan zaman. Termasuk sejarah Iran, yang tidak hanya soal dinasti dan perang, tapi tentang proses peradaban yang sangat kaya dan kompleks. Nah, jadi sejarah itu bukan cuma sekedar menghafal persula, saya ingin tegangkan dari awal, semua persula ini bukan tentang hafalan. Jadi, banyak orang yang berkata, mengira sejarah ini cuma mengingat nama Tuhan, kemudian tahun kejadian, dan urutan-urutan, tapi sejarah ini, khususnya dalam pendekatan akademik, adalah alat untuk berpucat. Sejarah melatih kita menjadi orang yang kritis dan tajam saat melihat informasi. Nah, apa saja keterampilan yang kita mendapatkan, yang kita dapat latih, yang pertama adalah kemampuan menganalisis dan menaksikan sumber. Jadi, teman-teman semua akan belajar membaca sumber sejarah, baik itu melalui dokumen asli maupun interpretasi sejarawan. Tapi, jangan langsung mentah-mentah ya. Jadi, kita akan belajar mempertanyakan, ini siapa yang menulis? Kemudian, apa konteksnya? Apa tujuannya? Jadi, ini penting supaya kita ingin juga menjadi pembaca yang pasif. Kemudian, yang kedua adalah kita bisa berlatih memudahkan mana tulisan yang berbasis fakta, dan mana yang emosional atau ideologis. Dalam sejarah, sekali lagi, fakta itu bersamping dengan opini, apalagi kalau ada kepentingan politik di baliknya. Jadi, di sini teman-teman akan dilatih untuk menilai mana yang benar-benar dibuku oleh fakta, dan mana yang hanya propaganda atau narasi-narasi yang penuh menarik. Yang ketiga, kita akan belajar nilai informasi di era digital. Karena informasi kan mudah diaktif, tapi begitu juga mudah untuk diperintir. Jadi, lewat pelaksanaan sejarah, lewat matakuling ini, kita akan punya bekal untuk menilai informasi. Bukan hanya soal masa lalu, tapi juga dalam memahami isu-isu eksternal. Mana bagian? Bagi saya, yang punya adalah jadi, singkatnya, belajar sejarah adalah belajar menjadi pembaca yang acara yang benar, yang bijak, yang tak bukan hanya apa yang terjadi, tapi juga bisa memahami mengapa itu penting, dan bagaimana itu membantu dunia kita hari ini. Baik, teman-teman, setelah kita tadi membahas tentang pengertian sejarah, sekarang kita masuk ke satu konsep kunci lainnya yang gak bisa dipisahkan dari matakulis kita, dari studi kita, kebudayaan. Kita semua pasti familiar dengan istilah budaya. Di luar kelas, kita sering mendengar istilah seperti budaya kerja, kemudian budaya lokal. Seperti istilah budaya organisasi, kemudian kita juga dengar budaya kipop. Tapi di kelas ini, kita akan membahas budaya bukan dalam pengertian umum, tapi dalam kerangka akademis, terutama sebagai kunci untuk memahami sejarah dan peradaban Iran. Secara berasa, dalam Persia, dalam budaya Persia, istilah budaya dikenal sebagai kata, dengan kata Farhan. Kata ini punya makna yang sangat luas sekali, bukan cuma sekedar adat istihadat atau kesenian, tapi mencakup seluruh sistem nilai, kemudian ekspresi kehidupan, kebiasaan sosial yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Jadi, budaya ini gak hanya tampak dalam pakaian tradisional atau secara keagamaan, tapi dia juga mencakup cara berpikir, cara melihat dunia, kemudian struktur sosial, sistem keyakinan, kemudian bahasa, norma, dan semua aspek yang membentuk cara hidup suatu masyarakat. Jadi ketika kita bicara budaya Persia, kita bicara soal seluruh pola kehidupan orang-orang Iran dari masa ke masa. Jadi, untuk lebih mudahnya, kita bisa memahami budaya Jadi, untuk lebih mudah kita memahami budaya, kita bisa membaginya ke dalam dua kategori besar. Yang pertama, aspek material. Aspek ini kita bisa lihat secara kita bisa lihat, kita bisa juga sentuh secara langsung. Contohnya misalkan bangunan kuno, kemudian pakaian karya seni, teknologi, alat-alat yang dipakai di rumah tangga, kemudian sistem pertanian dan arsitektur kota Nahal seperti itu. Jadi, aspek materialnya bisa kita lihat dan kita bisa sentuh secara langsung. Nah, kalau aspek material ini justru yang sulit dilihat, tapi sangat kuat pengaruhnya. Termasuk di dalamnya adalah nilai, norma, agama, bahasa, adat-istiadat, kemudian aturan yang tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat. Kenapa ini penting? Karena saat kita belajar kebudayaan Iran, kita nggak hanya cukup melihat bangunan tua seperti Persepolis atau membaca Syairumi, kita juga harus memahami cara berpikir masyarakat Persia. Apa sih sistem nilai yang mereka anut? Kemudian bagaimana nilai-nilai yang membentuk kehidupan sosial mereka, politik, dan religius mereka? Nah, untuk lebih jelasnya, kita coba melihat satu definisi yang sangat berpengaruh dari Taylor dalam Dunia Antropologi dari Edward Moon Taylor, seorang antropolog Inggris abad ke-19 dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture tahun 1871. Jadi, beliau ini mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kemuliaan karya seni, moral, hukum, adat, dan kemampuan lain yang diporeleh manusia sebagai anggota masyarakat. Jadi, ketika Taylor menyebut keseluruhan secara kompleks, dia ingin menegaskan bahwa budaya itu tidak bisa dipisah-pisahkan. Jadi, satu aspek saja, semua saling terhubung. Agama berhubungan dengan hukum. Hukum terkait moral, kemudian moral berbentuk dari kepercayaan, dan seterusnya. Jadi, saling terhubung satu sama lain. Lalu, kalimat dipernyataan sebut diporeleh bagi anggota masyarakat menunjukkan bahwa budaya itu tidak diwariskan secara genetik. Bukan wariskan genetik. Jadi, kita tidak lahir langsung dengan budaya. Kita belajar budaya melalui apa? Melalui keluarga, sekolah, masyarakat, bahkan media. Dengan kata lain, budaya adalah produk genetik, produk bersama. Jadi, bukan produk individu. Dia berkembang dalam komunitas, dan karena itu, budaya juga bisa berubah. Karena masyarakat pun fleksibel, terus berubah, sering berjalan dengan waktu. Pertanyaannya, kenapa budaya itu penting dalam studi Iran? Sekarang, kita akan bertanya. Seberapa penting membicarakan budaya dalam kajian sejarah dan peragama Iran? Jawabannya itu cukup sederhana. Karena budaya adalah benang merah yang menyatukan semuanya, menyatukan semua predik sejarah Iran. Dari masa kekaisaran Ashmanid sampai ke era Islam, Republik Islam sekarang hari ini. Budaya Persia tetap menjadi kekuatan yang bertahan, bahkan di tengah pergantian politik, kemudian revolusi. Misalkan apa? Seserab Persia, Karimaherdol, Shihab, Ketrumi. Jadi tetap ditelajari dan dihormati bahkan oleh masyarakat modern Iran yang hidup di era sekarang. Kemudian apalagi bahasa Persia. Bahasa Persia masih menjadi salah satu bahasa utama dalam dunia Islam. Bahkan pernah digunakan secara resmi sebagai bahasa Muslim di Asia Tengah, bahkan sampai ke mana? Ke India. Yang ketiga, tradisi filosofat dan spiritualitas, termasuk pemikiran sufi. Di Iran menjadi kekayaan budaya yang tidak hanya hidup saja dalam teks tapi juga dalam praktik sosial. Kemudian etika keseharian dan lain sebagainya. Jadi dalam konteks Iran, budaya bukan cuma sesuatu yang dipinjirkan oleh perkeluhan zaman, tapi justru menjadi kekuatan yang menjaga identitas bangsa. Terus apa sih bedanya budaya dan peradaban? Apa bedanya? Sekarang kita masuk ke bagian berikutnya. Ini hubungan budaya dan peradaban. Dua kata yang sering digunakan secara bergantian. Tapi sebenarnya itu tidak sama sepertinya. Budaya itu adalah fondasi peradaban. Kali lagi, budaya adalah fondasi peradaban dan adalah sedangkan peradaban adalah bangunan yang terlihat. Jadi kita bisa membayangkan budaya sebagai isi nilai, cara berpikir normal, sosial, masyarakat. Sedangkan peradaban itu bentuk warnya, visualnya, hasilnya dari budaya tersebut. Seperti gedung, sistem pemerintahan, teknologi, kemudian karya ilmiah, dan seni. Jadi dengan kata lain, peradaban itu adalah ekspeksi konkret dari budaya yang sudah berkembang dan terorganisin, tersistematis, tersuktur. Tanpa budaya yang matang, nggak mungkin lahir sebuah peradaban yang besar. Dan ini sangat relevan kalau kita bicara apa namanya, sejarah Persia. Di mana peradaban Persia itu sangat luar biasa. Tumbuh dari budaya yang sangat kaya dan kuat. Di sini ada pandangan Philip Kahiti untuk memperkuat budaya ini. Jadi Philip Kahiti ini sejarawan terkenal yang banyak menulis tentang dunia Arab dan Islam dalam seputunya History of the Arab. Dia mengatakan budaya mendahului peradaban. Budayalah yang memberikan arah nilai dan makna pada kemajuan material dan ekspansi politik suatu bangsa. Apa maksudnya? Kalau suatu bangsa hanya membangun jalan, gedung, atau memperluas kekuasaan tanpa nilai budaya yang kuat, maka semua itu nihil kosong. Mungkin terlihat hebat secara teknis, tapi tidak punya jiwa, tidak punya arah. Jadi oleh karena itu dia tidak bertahan lama. Sebaliknya, bangsa yang memiliki budaya kuat, tahu arah hidupnya yang pula nilai-nilai moral, kemudian spiritual, intelektual, dan maupan. Mereka itu akan membangun peradaban. Bukan hanya peradaban yang hebat, tapi juga berkelanjutan, berkesenambungan. Iran ini sebagai bukti nyata. Jadi kita lihat Iran sebagai sebuah kasus. Iran adalah salah satu contoh yang jelas tentang bagaimana budaya bisa menjadi penopang utama peradaban. Sejak ribuan tahun lalu, bangsa Persia sudah membangun satu sistem kepercayaan yang terorganisir dari Zoroaster hingga hari ini Islam, kemudian struktur sosial yang sangat kompleks, bahasa, dan sutra yang hidup sampai hari ini, kemudian tradisi Filsofa dan Sufismo yang sangat mendalam. Bahkan ketika dinasti berganti, ketika mereka mengalami revolusi, budaya Persia itu tetap hidup, enggak hilang. Justru dalam banyak kasus, budaya itulah yang menyelamatkan identitas bangsa dari apa namanya, kancuran total. Pertanyaan apakah semua budaya selalu menjadi peradaban? Enggak semua budaya itu menjadi peradaban, tapi setiap peradaban itu berakat dari budaya. Ini pertanyaan penting, salah satu pertanyaan penting yang perlu kita renungkan dalam kajian sejarah dan kebudayaan. Apakah budaya itu akan berkembang menjadi sebuah peradaban? Jawaban sederhananya itu enggak. Semua masyarakat memang pasti memiliki budaya, sebuah sistem nilai kemuduhan, pengetahuan, percayaan, dan praktik sosial yang diwariskan secara kolektif. Tapi enggak semua budaya akan berkembang menjadi peradaban. Sebaliknya, setiap peradaban pasti tumbuh dari budaya yang sudah mencapai tingkat tertentu dalam struktur kompleksitasnya. Artinya, budaya adalah syarat awal, tapi enggak menjamin otomatis kemunculan peradaban. Dibutuhkan macam-macam yang sangat kompleks, dinamik sosial yang sangat kompleks, inovasi, kemudian akumulasi pengetahuan yang lebih kompleks untuk menciptakan sesuatu yang kita sebut sebagai peradaban. Di sini ada teori evolusi menurut pandangan Lewis Morgan. Jadi, untuk memahami lebih dalam, kita bisa melihat salah satu teori klasik yang berpengaruh dalam sejarah pemikiran tentang budaya dan peradaban, yaitu teori evolusi budaya yang diajukan Lewis Morgan, seorang antropolog dan etnolog asal Amerika Serikat. Dalam buku ini yang terkenal Ancient Society, Morgan menunjukkan bahwa masyarakat manusia berkembang melalui tiga fase utama. Yang pertama, safajiri, keadaan liar. Ini adalah tahap awal ketika manusia masih hidup nomadenya, bergantung pada alam. Kemudian, lapanami bermuru, meramu, tanpa ada struktur sosial yang sangat kompleks. Jadi, ini masih sangat liar. Kemudian, yang kedua adalah tahap barbaris. Barbar. Jadi, dalam tahap ini, manusia mulai mengenal pertanian, peternakan, kemudian membuat alat-alat, jadi logam. Mereka mulai menetap di satu tempat dan membentuk komunitas dengan aturan sosial yang sederhana, yang sangat mendasar. Kemudian, yang ketiga adalah peradaban. Nah, ini salah nih, slide-nya harusnya. Yang pertama itu, di jaringi yang pertama, kemudian barbarisme. Yang ketiga, manusia yang berhadap civilization. Nah, ini tahap tertinggi. Ditandai dengan apa? Ditandai dengan hadirnya sistem tulisan. Kemudian, institusi, pemerintahan, hukum formal. Kemudian, apalagi pembagian kerja, kota, serta kemajuan dalam berbagai hal seperti seni dan ilmu pengetahuan. Nah, menurut Morgan, setiap tahap perkembangan masyarakat ini, dari paliar kemudian ke barbarisme dan beradab, ini menunjukkan adanya pertumbuhan budaya. Tapi, tidak semua masyarakat bisa safre ke tahap civilization masyarakat yang beradab. Apa yang membedakannya? Ini ada pada kompleksitas struktural. Budaya baru bisa melahirkan peradaban kalau sudah mampu. Pertama, mengorganisasi masyarakat secara sistematis. Misalnya, dengan apa? Dengan adanya pemerintahan struktur, pemerintahan tahan, kemudian hukum yang formal tertulis, dan lain sebagainya. Kemudian, yang kedua, membangun teknologi dan infrastruktur seperti apa? Seperti regensi, kemudian kota, jalan raya, dan lain sebagainya. Kemudian, apalagi, mengembangkan sistem dengan simbolik. Sistem simbolik yang tinggi, misalkan seperti tulisan. Filsafat itu memerlukan daya pikir yang sangat kompleks. Kemudian, apalagi, menggelap pengetahuan secara kolektif dan berkelanjutan. Misalkan dengan pendidikan, perpustakaan, tradisi ilmiah. Jadi, dalam hal ini, budaya tidak hanya bertahan bagi tradisi lisan atau ritual lokal, yang mungkin akan tetap menjadi budaya, tapi tidak berkembang menjadi peradaban dalam arti resursi yang sangat besar. Jadi, budaya adalah syarat yang perlu, tapi bukan syarat cukup untuk kemunculan sebuah peradaban. Ada banyak komunitas budaya di dunia ini yang luar biasa kaya secara ritual sosial, tapi tidak berkembang menjadi peradaban karena tidak mencapai tingkat organisasi atau teknologi yang dibutuhkan. Sebaliknya, peradaban-peradaban seperti Mesopotamia, Mesir, Persia, Tiongkok, India, semuanya lahir dari akar budaya yang tumbuh dalam waktu lama, kemudian berkembang menjadi sistem sosial yang sangat kompleks, terstruktur, dan mampu mengelola kekuasaan, pengetahuan, serta produksi material yang sangat luas. Tapi, kita perlu kritis juga terhadap teori Morgan, evolusi budaya Morgan ini. Perlu dicatat bahwa teori evolusi ini tidak dianggap terlalu jurosentris oleh banyak antropolog modern klasifikasi seperti savage barbarism ini tidak hanya bersifat hierarkis, tapi juga menyerahkan keragaman bentuk-bentuk budaya yang ada di dunia ini. Tapi, kerangka berpikirnya ini tetap penting sebagai atas, sebagai titik awal. Jadi, dia membantu kita melihat bahwa peradaban adalah hasil dari proses panjang perkembangan budaya, dan bahwa apa yang disebut transformasi budaya menuju kompleksitas adalah kunci sejarah umat manusia. Nah, seterakhir, ini pengalaman budaya pada sejarah. Nah, hubungan antara sejarah dan budaya itu kita bisa pahami sebagai perjalanan suatu masyarakat atau bangsa. Kita tidak bisa memisahkan antara sejarah dan budaya. Keduanya ini saling terkait dan saling pengaruhi dalam membentuk wajah peradaban. Jadi, sejarah itu mencatat apa yang terjadi. Budaya menjelaskan mengapa itu penting dan bagaimana dampaknya bertahan. Jadi, ketika kita mempelajari sejarah, kita tidak hanya mencatat diri tentang peristiwa, yang lebih penting adalah memahami kenapa peristiwa itu terjadi, kemudian bagaimana masyarakat meresponnya, dan apa dampaknya dalam jangka panjang. Di sinilah budaya memerankan peran sangat penting. Jadi, budaya menyediakan lensa nilai dan makna yang digunakan dalam masyarakat dalam menelusurkan pesawat sejarah. Misalnya, ketika pemilik Eropa datang ke dunia baru yang mereka tidak hanya membawa sejarah atau teknologi, tapi juga membawa nilai-nilai budaya seperti apa? Seperti pandangan tentang keadilan, kemuliaan hukum, konsep kebebasan individu, kemudian cara memandang peran pemerintah dan masyarakat. Nilai-nilai ini ditanamkan dalam struktur sosial dan institusi politik mereka. Bahkan setelah ratusan tahun pengaruhnya, bisa kita lihat misalkan dalam bentuk sistem demokrasi mereka, kebijakan ekonomi, struktur pemerintahan melalui mereka. Jadi, budaya itu sebagai faktor yang membentuk dampak sejarah. Mengapa peristiwa sejarah tertentu bisa menghasilkan dampak yang sangat besar dan bertahan lama di satu tempat tapi tidak terjadi di tempat lain? Salah satu jawabannya adalah karena kerangka budaya yang menyertainya. Budaya memberikan arah bagi perubahan sejarah. Dia menentukan bagaimana masyarakat menanggapi krisis, menerima ide baru, kemudian membentuk struktur sosial setelah terjadinya konflik. Jadi, dengan kata lain, sejarah adalah jejak peristiwa. Sementara budaya adalah fondasi yang membuat jejak itu tetap betul. Dalam konteks Iran ini, jika kita lihat sejarah Iran, Persia, balik di masa Kekaisaran Persia, kemudian di era Islam, budaya menjadi berang merah yang menjelaskan kesenambungan dan daya tahan bangsa ini. Meskipun Iran sudah mengalami berbagai peristiwa, perubahan rezi melaih budaya seperti penghormatan terhadap kuisi, etika, tetap menjadi integral dari identitas nasional Iran. Itulah sebabnya dalam mata kuliah ini kita akan belajar untuk membaca sejarah. Jadi, bukan sebagai rangkaian kejadian, tapi sebagai pembentukan dan produksi budaya yang terus membentuk identitas dan masa depan masyarakat Iran. Jadi, ketika kita mengisyarakan sejarah, seringkali kita seringnya fokusnya ke masalah kejadian besar misalkan perang, revolusi, penjajahan, kemerdekaan. Tapi pertanyaan pentingnya tapi pertanyaan pentingnya kenapa dampak dari peristiwa bisa terus bertahan begitu lama? Jawabannya adalah berkaitan dengan peran budaya. Budaya itu berfungsi sebagai lidah penyambung yang menyambungkan antargenerasi. Budaya itu menjaga nilai-nilai, menjaga pandangan hidup, kebiasaan hidup yang terbentuk dari momen-momen sejarah. Momen sejarah yang besar. Budaya bukan cuma merekam dampak sejarah, tapi juga memperpanjang, mengabadikan bentuk arah keberlanjutannya. Misalkan contohnya, misalkan kita ambil contoh budaya pemusing Eropa. Saat pemusing Eropa datang ke wilayah koloni di Amerika yang sekarang Amerika Serikat itu, mereka nggak cuma bawa peralatan perang atau berniat ekspansi, tapi juga membawa nilai-nilai budaya yang sangat mempengaruhi institusi sosial setempat. Beberapa nilai penting yang mereka bawa itu seperti keadilan hukum, bahwa masyarakat harus punya sistem hukum yang adil, yang terembaga. Kemudian freedom, kebebasan individu. Jadi, manusia berhak untuk memiliki kebebasan pikir, salah, kemudian berkeyakinan. Adanya pemerintah yang terbatasi oleh hukum, jadi nggak ada kekuasaan yang absolut. Semua pemimpin penduk pada hukum. Nah, nilai-nilai ini tidak langsung tampak sebagai perisio politik, nggak. Tapi mereka terinstitusi dalam bentuk sistem. Sistem pendidikan, sistem hukum, dan pengadilan struktur pemerintah daerah. Jadi menariknya, meskipun penjajahan secara formal ini sudah berakhir, tapi nilai-nilai budaya yang dibawa oleh kolonialisme itu tetap tumbuh sampai hari ini. Sistem seperti sistem demokrasi, struktur hukum, tatapan pemerintah, dan banyak di bekas kolong ini merupakan warisan dan budaya dari masa lalu yang diwariskan secara sistemik melalui budaya. Seperti itu ya, teman-teman. Nah, untuk bab pertama ini, cukup sekian. Saya mohon maaf apabila ada pesan-pesan kata dan lain sebagainya. Nanti kita sambung lagi di bab selanjutnya. Gua bilang itu sebuah hidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Other Creators